Rabu, 25 November 2009

KEMUNGKARAN DALAM BERDZIKIR

1. BERDZIKIR DENGAN RIYA` ( PAMER / PENUH NAFSU )
Santri:
            Pak kiyai di zaman sekarang perkembangan orang-orang yang berdzikir sangat maju sehingga di publikasikan di TV, Radio,dan di pentaskan di arena terbuka seperti di panggung, alon alon dan lain sebagainya  tetapi orang awam seperti kami kadang kadang  ada yang riya` / pamer dalam berdzikir dan hanya memenuhi hawa nafsunya lalu bagaimana hukumnya kalau kita berdzikir dengan riya` dan menuruti hawa nafsu?
Kiyai :
           Anakku yang tersayang! Beribadah / dzikir dengan riya` / pamer itu tidak boleh karena merusak ibadah dan menghilangkan pahala ibadah tersebut oleh karena itu dalam kitab Al-Adzkiya` ila thoriqil auliya`/ Kifayatil Atqiya` halaman 33 di sebutkan bahwa perbuatan seperti itu dilarang secara tegas.
واحذر رياء مخبطا لعبادة : اي اجتنب رياء مخبطا لعبادتك مبطلا لثوابك.
Artinya
  Hindarilah perbuatan riya` / pamer yang bisa merusak ibadahmu dan menghancurkan pahalamu.


2. BERDZIKIR AGAR BISA KAYA, SAKTI, DAN DI HORMATI OLEH SEMUA ORANG.
Santri:
                 Pak kiyai kalau kita berdzikir agar kita menjadi kaya, di cintai banyak orang terjaga rumahnya dari bahaya itu termasuk riya` atau tidak.?
Kiyai :
                  Menurut saya itu tergantung niyat dan tujuan hatinnya kalau hatinya karena Allah, Insya Allah tidak termasuk riya` tetapi kalau hatinya hanya menuju pada keinginannya maka itu termasuk riya`. keterangan ini saya temukan dalam kitab IIQODHUL HALIKIN di sana Imam Alghozali berkata
من اشتغل من الايات والاذكار والادعية لحفظ النفس
 والعيال والمال والبيوت  الى ان قال فان كان مراده لقيام العبادة وحث الناس على العبادة ونحو ذالك فهذه ارادة سديدة ونية محمودة لايدخل شيءمنها في باب الرياء الى ان قال وان كان مراده منها التلذذ والتنعم في الدنيا او شرف النفس فهذا محظور واتباع هوى.
Artinya:
            Siapa yang membaca ayat ayat Al-qur`an berdzikir atau berdoa untuk menjaga diri keluarga harta benda dan rumah- rumah, maka bilamana tujuannya untuk mendirikan  ibadah menyemangatkan manusia agar beribadah dan lain sebagainya  itu adalah tujuan yang benar dan niyat yang terpuji tidak termasuk riya`, tetapi jika tujuannya itu mencari keenaan / bersenang-senang di dunia atau kemulyaan pribadi maka ini termasuk perbuatan yang di larang oleh agama dan di anggap mengikuti hawa nafsu.

3. BERDZIKIR / BERIBADAH KARENA PAHALA ATAU KARENA TAKUT DI SEKSA
Santri
          Pak kiyai ! orang berdzikir atau beribadah  karena pahala atau karena takut di seksa itu boleh apa tidak?
Kiyai
          Anakku yang tersayang ! berdzikir karena pahala / takut di seksa itu hukumnya boleh dan sah tetapi nilainya tidak sebagus beribadah karena Allah keterangan dari kitab GHOYATU TALKHISHIL MUROD MIN FATAWI IBNI ZIYAD halaman 82
وعبارنه: مسئلة من عبد الله لاجل الثواب او خوفا من العقاب صحت عبادته لكنها ليست كمن عبد لاجلاله لاستحقاقه الخدمة والعبودية وهذه كما قال الغزالي اعز النيات واعلاها .
Artinya
         Orang yang beribadah karena pahala atau karena takut di seksa itu sah ibadahnya tetapi nilainya tidak bisa seperti beribadah karena Allah sebab hanya  Allah lah yang berhak di layani dan di sembah. Ini sebagai mana kata Imam Al ghozali adalah Niyat yang paling mulya dan unggul.
4 MENGUCAPKAN  KALIMAH THOYYIBAH /  KALIMAH TAUHID  DENGAN MENAMBAH ATAU MENGURANGI HURUF MAD .
Santri :
                  Pak kiyai!. Akhir akhir ini saya sering mendengar orang-orang berdzikir dengan lafadh seperti ini
لاالاها الاالله / لئلاه الا الله / لئله الاالله
Lalu bagaimana hukumnya jika kita berdzikir seperti itu ? apa ada dalil yang membolehkan ?.
Kya i:
Anakku yang tersayang ! Berdzkir memang sangat di anjurkan oleh Allah tetapi kalau berdzikir jahri dengan cara - cara seperti itu ,saya belom pernah menemukan dalil / pendapat ulama` / kitab kitab yang membolehkannya. Yang saya temukan justru pendapat ulama` / kitab kitab yang mengharamkannya, karena itu semua menyalahi aturan berdzikir dan bisa merobah artinya oleh karena itu sebaiknya kita jangan meniru sesuatu yang  hukumnya belum jelas apa lagi  jelas  haromnya sebagaimana dieterangkan dalam  kitab Khozinatul Asror halaman: 139.
وعبارته : وكذا بعض اهل الذكر يزيدون حروفا كثيرة في كلمة التوحيد يقولون بزيادة الياء بعد همزة لااله وبزيادة الالف بعد هاء "اله" مثلهما: ( لا ئى لاها الاالله )وبزيادة الياء بعد همزة الا وبزيادة الالف بعد الا مثلهما (لااله  ايلا الله ) فهذه الزيادات كلها حرام بالاجماع في جميعا لاوقات وهم يذكرون الله ويعبدون بالسيئات وهم يصيرون من الذين ضل سعيهم فى الحياة الدنيا وهم يحسبون انهم يحسنون صنعا.

Artinya:
                       Demikian pula sebagian orang-orang yang ahli berdzikir, mereka menambahkan banyak huruf pada kalimah tauhid mereka mengatakan Semua penambahan ini hukumnya haram dengan persepakatan para ulama` dalam semua waktu. Mereka berdzikir kepada Allah dan menyembah dengan kejelekan mereka menjadi orang-orang yang sesat usahanya dalam kehidupan dunia dan mengira mereka berbuat baik.

Santri :
            Pak kiyai dalil yang pak kiyai sebutkan tadi kan hanya dalil yang mengharamkan  menambah huruf mad,  lalu apa ada dalil yang menyatakan haram mengurangi huruf mad.?

Kiyai :
           OH ya ada, dalil yang saya sebutkan tadi masih ada lanjutannya yaitu :
وقال السيد محمد حقي النازلي رايت بعض العلماء والمشايخ القادرية في بعض المدن في ديار العرب وهم يذكرون الله تعالى ويوحدونه بزيادة الحروف والنقصان فقلت انتم تذكرون الله بزيادة الحروف والنقصان فقالوا نحن اخذنا وتلقينا عن بعض مشايخنا هكذا ووصفوا احواله فقلت لابد لنا من تطبيق قراءتنا واذكارنا على قراءة من القراءت السبع المتواترة او العشر ولم يرو عنهم مثل هذه الاذكار بالزيادة والنقصان فقبلوا وصدقوا قولي فحمدت الله تعالى وشكرته
Artinya;
             Assayyid Muhammad Haqqi Annazili berkata “ Saya melihat sebagian ulama` dan guru guru Thoriqo qodiriyyah di sebagian desa desa jazirah arab mereka berdzikir kepada Allah mentauhidkannya dengan kalimah tauhid dengan menambah  dan mengurangi  huruf  lalu  saya  tegur kalian berdzikir kok dengan menambah dan mengurangi huruf  itu bagaimana? Mereka lalu  menjawab “Kami menerima dari sebagian guru guru kami memang seperti ini” Lalu saya katakan kepada mereka mestinya kalian harus mencocokkan bacaan kita dzikir dzikir kita pada qiroah sab`ah / qiro`ah `asyaroh yang sudah mutawatir riwayatnya, sementara dzikir dzikir kalian dengan cara menambah dan mengurangi huruf itu tidak ada riwayat dari mereka ( yang sampai pada Rosulullah) akhirnya mereka bisa menerima dan membenarkan ucapan saya Al-hamdu lillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar